Tugas Softskills
Kunjungan Ke Monumen Nasional Monas
Oleh :
Shintia Maniea Purba
16615553
1SA07
Sejarah
dan Asal Usul Pembangunan Berdirinya Monas
Menomen monas terletak
di Pusat Kota Jakarta. Tugu Monas merupakan tugu kebanggaan bangsa
Indonesia, selain itu monas juga menjadi salah satu pusat tempat wisata dan
pusat pendidikan yang menarik bagi warga Indonesa baik yang dijakarta maupun di
luar Jakarta. Tujuan pembangunan tugu monas adalah untuk mengenang dan
mengabadikan kebesaran perjuangan Bangsa Indonesia yang dikenal dengan Revolusi
17 Agustus 1945, dan juga sebagai wahana untuk membangkitkan semangat
patriotisme generasi sekarang dan akan datang.
Monas mulai dibangun pada bulan
Agustus 1959. Keseluruhan bangunan Monas dirancang oleh para arsitek Indonesia
yaitu Soedarsono, Frederich Silaban dan Ir. Rooseno. Pada tanggal 17 Agustus
1961, Monas diresmikan oleh Presiden Soekarno. Dan mulai dibuka untuk umum
sejak tanggal 12 Juli 1975. Tugu
Monas punya ciri khas tersendiri, sebab arsitektur dan dimensinya melambangkan
kias kekhususan Indonesia. Bentuk yang paling menonjol adalah tugu yang
menjulang tinggi dan pelataran cawan yang luas mendatar. Di atas tugu terdapat
api menyala seakan tak kunjung padam, melambangkan keteladanan semangat bangsa
Indonesia yang tidak pernah surut berjuang sepanjang masa.Bentuk dan tata letak Monas yang
sangat menarik memungkinkan pengunjung dapat menikmati pemandangan indah dan
sejuk yang memesona, berupa taman di mana terdapat pohon dari berbagai provinsi
di Indonesia. Kolam air mancur tepat di lorong pintu masuk membuat taman
menjadi lebih sejuk, ditambah dengan pesona air mancur bergoyang. Di dekat pintu masuk menuju
pelataran Monas itu juga nampak megah berdiri patung Pangeran Diponegoro yang
sedang menunggang kuda. Patung yang terbuat dari perunggu seberat 8 ton itu
dikerjakan oleh pemahat Italia, Prof Coberlato sebagai sumbangan oleh Konsulat
Jendral Honores, Dr Mario di Indonesia.
Gagasan
Pembangunan Monas
Gagasan awal pembangunan Monas
muncul setelah sembilan tahun kemerdekaan diproklamirkan. Beberapa hari setelah
peringatah HUT ke-9 RI, dibentuk Panitia Tugu Nasional yang bertugas
mengusahakan berdirinya Tugu Monas. Panitia ini dipimpin Sarwoko Martokusumo, S
Suhud selaku penulis, Sumali Prawirosudirdjo selaku bendahara dan dibantu oleh
empat orang anggota masing-masing Supeno, K K Wiloto, E F Wenas, dan Sudiro.
Panitia yang dibentuk itu bertugas
mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pembangunan Monas yang akan
didirikan di tengah lapangan Medan Merdeka, Jakarta . Termasuk mengumpulkan
biaya pembangunannya yang harus dikumpulkan dari swadaya masyarakat sendiri. Setelah
itu, dibentuk panitia pembangunan Monas yang dinamakan ”Tim Yuri” diketuai
langsung Presiden RI Ir Soekarno. Melalui tim ini, sayembara diselenggarakan
dua kali. Sayembara pertama digelar pada 17 Februari 1955, dan sayembara kedua
digelar 10 Mei 1960 dengan harapan dapat menghasilkan karya budaya yang
setinggi-tingginya dan menggambarkan kalbu serta melambangkan keluhuran budaya
Indonesia.Dengan sayembara itu, diharapkan
bentuk tugu yang dibangun benar-benar bisa menunjukan kepribadian bangsa
Indonesia bertiga dimensi, tidak rata, tugu yang menjulang tinggi ke langit,
dibuat dari beton dan besi serta batu pualam yang tahan gempa, tahan kritikan
jaman sedikitnya seribu tahun serta dapat menghasilkan karya budaya yang
menimbulkan semangat kepahlawanan. Oleh Tim Yuri, pesan harapan itu
dijadikan sebagai kriteria penilaian yang kemudian dirinci menjadi lima
kriteria meliputi harus memenuhi ketentuan apa yang dinamakan Nasional,
menggambarkan dinamika dan berisi kepribadian Indonesia serta mencerminkan
cita-cita bangsa, melambangkan dan menggambarkan “api yang berkobar” di dalam
dada bangsa Indonesia, menggambarkan hal yang sebenarnya bergerak meski
tersusun dari benda mati, dan tugu harus dibangun dari benda-benda yang tidak
cepat berubah dan tahan berabad-abad.
Namun, dua kali sayembara digelar,
tidak ada rancangan yang memenuhi seluruh kriteria yang ditetapkan panitia.
Akhirnya, ketua Tim Yuri menunjuk beberapa arsitek ternama yaitu Soedarsono dan
Ir F Silaban untuk menggambar rencana tugu Monas. Keduanya arsitek itu sepakat
membuat gambarnya sendiri-sendiri yang selanjutnya diajukan ke ketua Tim Yuri
(Presiden Soekarno), dan ketua memilih gambar yang dibuat Soedarsono.
Dalam rancangannya, Soedarsono mengemukakan landasan
pemikiran yang mengakomodasi keinginan panitia. Landasan pemikiran itu meliputi
kriteria Nasional. Soedarsono mengambil beberapa unsur saat Proklamasi
Kemerdekaan RI yang mewujudkan revolusi nasional sedapat mungkin menerapkannya
pada dimensi arsitekturnya yaitu angka 17, 8, dan 45 sebagai angka keramat Hari
Proklamasi. Bentuk
tugu yang menjulang tinggi mengandung falsafah “Lingga dan Yoni” yang
menyerupai “Alu”sebagai “Lingga” dan bentuk wadah (cawan-red) berupa ruangan
menyerupai “Lumpang” sebagai “Yoni”. Alu dan Lumpang adalah dua alat penting
yang dimiliki setiap keluarga di Indonesia khususnya rakyat pedesaan. Lingga
dan Yoni adalah simbol dari jaman dahulu yang menggambarkan kehidupan abadi,
adalah unsur positif (lingga) dan unsur negatif (yoni) seperti adanya siang dan
malam, laki-laki dan perempuan, baik dan buruk, merupakan keabadian dunia. Bentuk seluruh garis-garis
arsitektur tugu ini mewujudkan garis-garis yang bergerak tidak monoton merata,
naik melengkung, melompat, merata lagi, dan naik menjulang tinggi, akhirnya
menggelombang di atas bentuk lidah api yang menyala. Badan tugu menjulang tinggi
dengan lidah api di puncaknya melambangkan dan menggambarkan semangat yang
berkobar dan tak kunjung padam di dalam dada bangsa Indonesia.
Ruang Museum Sejarah
Ruang museum sejarah yang terletak tiga
meter dibawah permukaan halaman tugu memiliki ukuran 80x80
meter. Dinding serta lantai di ruang itu pun semuanya dilapisi batu marmer. Di
dalam ruangan itu, pengunjung disajikan dengan 51 jendela peragaan (diorama)
yang mengabadikan sejarah sejak jaman kehidupan nenek moyang bangsa Indonesia,
perjuangan mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan bangsa Indonesia hingga
masa pembangunan di jaman orde baru. Di ruangan ini pula, pengunjung juga dapat
mendengar rekaman suara Bung Karno saat membacakan Proklamasi.
Ruang Kemerdekaan
Sementara di ruang kemerdekaan yang
berbentuk amphitheater terletak di dalam cawan tugu, terdapat empat atribut
kemerdekaan meliputi peta kepulauan Negara RI , Lambang Negara Bhinneka Tunggal
Ika, dan pintu Gapura yang berisi naskah Proklamasi Kemerdekaan.
Di pelataran puncak tugu yang
terletak pada ketinggian 115 meter dari halaman tugu memiliki ukuran 11X11
meter, pengunjung dapat mencapai pelataran itu dengan menggunakan elevator
(lift-red) tunggal yang berkapasitas sekitar 11 orang.
Di pelataran yang mampu menampung
sekitar 50 orang itu juga disediakan empat teropong di setiap sudut, dimana
pengunjung bisa melihat pemandangan Kota Jakarta dari ketinggian 132 meter dari
halaman tugu Monas.
Lidah api yang terbuat dari perunggu
seberat 14,5 ton dengan tinggi 14 meter dan berdiameter 6 meter, terdiri dari
77 bagian yang disatukan. Seluruh lidah api dilapisi lempengan emas seberat 35
kilogram, dan kemudian pada HUT ke-50 RI, emas yang melapisi lidah api itu
ditambah menjadi 50 kilogram.
Inilah beberapa Gambar saya bersama rekan-rekan saat mengunjngi Monumen Monas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar