Senin, 11 Januari 2016

Cinta Sang Pemimpin

Apa yang bisa kita lakukan ketika hati ini berani menjelajahi hati seorang pemimpin? Tidak, Aku tidak mencintai seorang Presiden dan jangan beranggapan aku mencintai anggota DPR, Gubernur, Walikota dan sebagainya. Tolong, jangan sampai berpikiran seperti itu!
 
Aku hanyalah seorang  anak lima belas tahun yang masih bau kencur. Kata mamah cintaku ini tidak akan berlangsung lama. Ah, tapi banyak kok cinta SMA yang berakhir dipelaminan. Oke sip,  belum waktunya bicara soal  pelaminan.
 
Namaku Rachel Wimmia, Aku adalah seorang gadis dengan tempramen laki laki. Aku kuat, jarang menangis, ambisius, jago karate dan aku tidak suka berdandan. Itu menjijikan. Ingat ya, menjijikan. Aku tidak suka dengan rambutku yang tipis dan panjang, ingin rasanya ku potong, bahkan jika mamah mengizinkan aku ingin mengubah rambutku menjadi Mohawk. Ketika SMP, semua orang segan padaku, bahkan mereka semua tidak ada yang berani menatap mataku. Rachel di lawan, haha.
 
Tapi semua itu dulu, sekarang sudah beda lagi. Semenjak aku bertemu bertemu dengannya, iya dia. Laki laki yang membuka kegiatan Masa Orientasi Sekolah (MOS) pada saat itu. Ia memiliki tinggi semampai, berkulit hitam manis dan memakai kacamata.
 
‘’Duh, eneng ga kuat liatnya’’. Decakku saat itu, ia berada di pendopo sekolah sambil mengeluarkan aspirasi-nya sebagai seorang ketua Osis.
 
‘’Semoga kalian nyaman ya’’. Ucapnya sambil tersenyum. Ah manis sekali.
 
 
‘’DEG DEG DEG’’.
 
Jantungku berdetak begitu cepat. Getaran-nya seperti blender yang sedang beroprasi. Begitu cepat, sangat cepat. Dan perlu di ketahui, dia adalah cinta pertamaku, sungguh.

Nama laki laki itu adalah Farel Prabaswara, ia adalah ketua Osis yang dikenal ramah dan sangat bijaksana, bonusnya dia tampan. ayolah, bukan aku saja yang berpikir seperti itu, namun hampir seluruh gadis disekolah ini menyukainya, jadi aku mulai memasang peluru jika ada seseorang yang menghalangiku.

Ku dengar, Ka Farel tidak punya pacar, namun ia sering dikait kaitkan dengan salah satu anak palang merah muda (PMR) bernama Luna.

Kalian tahu apa pikiranku saat itu? Aku berpikir kisah MY HEART yang dulu diperankan oleh Acha S (Luna) Nirina Z (Rachel) dan Irwansyah (Farel) itu nyata! Apa kisah itu akan berakhir sama seperti cintaku? Tapi tunggu dulu….
 
Aku meninggal dong? :(
 
‘’Ah aku ga percaya kalau kisah cinta aku bakal berakhir kaya di film My Heart’’. Kataku sambil memukul meja.

‘’Soalnya si Ka Luna itu Sakit tau, ga tau deh sakit apa, katanya sih sakit parah’’. Kata si biang gosip, Anna. Dia teman sekelasku yang mengetahui banyak gosip seputar sekolah.
 
Semenjak saat itu, aku mulai bergerak, bergerak ke tingkat selanjutnya. Mungkin Anna dan kalian yang membaca ini akan mengira aku gila dan tidak tahu diri, tapi percayalah, ini cinta pertamaku dan aku harus mendapatkannya.
 
Aku melakukan hal hal yang ka Farel suka, aku mulai mengikuti pendaftaraan anggota Osis bahkan aku mengubah tampilanku hanya untuk dirinya. Namun ia tidak kunjung melirik-ku.
 
‘’Rel, kita makan bakso di kantin yuk, aku teraktir deh’’. Kata Ka Luna memeluk lengan Ka Farel. Wanita itu benar benar berani.

Cih, benar benar cari perhatian, centil. Jadi mau main kotor? Oke, siapa takut.
‘’Nanti dulu deh Lun, aku mau kasih proposal dulu ke Bu Dina’’. Tolaknya dengan lembut.
 
HAHA. RASAIN.
 
Sejak saat itu aku mulai berkomitmen untuk terus mengejar Ka Farel seumur hidupku. Memang sih agak berlebihan, tapi jika kau menjadi diriku kau akan mengerti, betapa dalamnya rasa sayangku ini.

Hari ini penggurus osis berkumpul di aula, semua orang sibuk menghias ruangan tersebut  untuk acara Bakti sosial yang akan diadakan besok. Aku sengaja mendekati Ka Farel, siapa tahu iseng iseng berhadiah.
 
‘’Rachel, tolong ambilin pita-nya’’. Kata Ka Farel menatapku, aku menatapnya balik sambil tersenyum, tak lama ia juga tersenyum. Aku yakin ia bingung namun tidak terlalu memasalahkan itu. Kalian tahu? Aku mulai membayangkan jika Ka Farel adalah seorang presiden dan aku adalah istrinya.
 
LUPAKAN RACHEL, KAMU MASIH KECIL
 
‘’ Ka, nanti makan siang dimana?’’. Tanyaku tanpa berbasa basi. Kebayang dong betapa herannya wajah laki laki itu?

‘’Masih nanti de, emang kenapa?’’.

‘’Gapapa, jangan lupa makan ya kak, nanti sakit’’. Kataku lagi sambil memamerkan gigiku. Ia hanya tersenyum. Aku tidak bisa membaca arti senyuman itu, apa ada yang salah?

Aku tidak berhenti sampai disitu. Aku mulai mencari tahu mengenai dirinya lebih dalam, bahkan lebih dalam dari lautan selat sunda.

Apa yang Ka Farel butuhkan aku sanggupkan dengan uang jajanku yang pas pas-an. Pokoknya saat itu yang ku pikirkan adalah kebahagiaannya.
Kebahagianku itu belakangan.

Aku selalu mendekatinya, bila bertemu dijalan aku selalu tersenyum dan jika ia tidak melihatku, aku buat ia melihatku. Aku selalu membantunya, aku selalu disampingnya, ku pikir itu tidak masalahnya sampai akhirnya aku mengetahui sesuatu yang harus aku terima soal cinta pertamaku ini.

‘’Aku agak risih deh sama Rachel’’.

Aku terdiam dibalik pintu aula, aku tak percaya suara yang ku elu elukan itu mengatakan hal yang sama sekali tidak ingin aku dengar.

‘’Dia udah ketahuan banget suka sama kamu Rel, kamu ga mau kejar balik?’’. Tanya suara lain, entah siapa tapi aku yakin ia salah satu penggurus osis juga.
 
‘’Engga deh, aku hargain aja. Dia bukan tipeku’’.
 
JLEB. Aku merasa di tembak tujuh peluru sekaligus tepat dijantungku. Rasa-nya sesak. Padahal hari ini aku mencoba berdandan lebih seperti yang ia inginkan, namun yang aku dapatkan malah kekecewaan.

Aku mengetuk pintu kemudian melangkah maju dengan senyum palsuku. Kulihat tatapan terkejut dari kedua wajah yang baru saja membicarakanku.

‘’Kak, saya mau memundurkan diri dari osis’’. Kataku. Mereka seperti tersentak kaget. Namun aku masih tetap dengan senyumanku.

‘’Kenapa?’’. Tanya-nya seakan peduli, padahal aku yakin di dalam hatinya tidak terlihat seperti itu.

‘’Saya ngerasa waktu saya semakin sempit, belajar saya jadi kurang’’. Kataku lagi, ia menoleh kearah temannya seakan akan berkata ‘’Gimana?’’

‘’Yaudah kalau itu mau kamu, sukses ya’’.

Aku tersenyum, kemudian perlahan pergi meninggalkan mereka.

‘’Apa dia denger ya?’’. Kata Ka Farel pelan, namun aku masih mendengarnya, ku teruskan langkahku ini sampai di depan kelas.
 
Aku adalah seorang gadis yang sulit untuk menangis, namun kali ini tanpa kusadari aku menjatuhkan air mataku, pertama kalinya diumurku yang kelima belas tahun ini.

Jadi begini ya rasanya sakit hati? Rasanya aneh, mataku terus mengeluarkan air mata walaupun aku berkata tidak, nafasku sesak. Aku sakit.

Ku selesaikan misiku untuk mengejarnya. Ku lepaskan cinta pertamaku ini. setidaknya aku tidak ingin menganggunya lagi. Biarkan saja, mungkin aku hanya menjadi beban. Entah kenapa aku jadi membencinya sekarang.

Tapi aku sadar, setiap jam yang aku lewati, setiap hari yang aku alami, seluruh kejadian yang aku hadapi, aku masih memikirkan dirinya. Sesantai apapun aku melihatnya jantung ini seakan mengamuk dan menyuruhku untuk mengejarnya.
 
Aku berjalan menusuri koridor, ku lihat dirinya berjalan berlawan arah denganku, aku hanya diam seakan akan tidak melihat, sampai kurasakan angin yang melewati sebelah tanganku. Aku terus berjalan.

‘’Rachel’’. Panggil seseorang, ku kenal suara itu. Apa iya?

‘’Kenapa Ka?’’. Aku menahan segala rasaku ini. ku tahan sekuat mungkin.

‘’Bisa bicara sebentar?’’. Tanyanya. Aku terdiam seakan berpikir. Kemudian aku meng-iya-kan nya.

Kami duduk di kantin. Tepatnya duduk di depan kedai mie ayam mang Jali. Mie ayam kebanggakan murid murid di sekolahku.

‘’Kamu menghindar dari aku ya?’’.

‘’Hah?’’. Aku terkejut. Kau lihat sendiri kan? Ia berkata ‘’Aku’’ yang pada biasanya ia sering berkata ‘’Saya’’

‘’Maaf aku ga sopan, engga ko aku ga menghindar’’.

Tidak usah munafik, aku akui memang aku masih menyukai-nya jadi wajar kan jika aku juga berkata ‘’Aku’’ padanya?

‘’Oh bagus deh, aku pikir kamu menghindar’’.
 
‘’Farel’’.

Oh ya tuhan, kenapa sih dia selalu datang disaat yang tidak tepat?

‘’Kenapa lun?’’. Tanya-nya. Luna mengibaskan rambutnya yang menghalangi pandangannya.

Astaga, rambut itu sangat bagus. Aku iri. Pantas saja Ka Farel betah.

‘’Mau makan ya?’’. Tanyanya. Ka Farel menoleh kearahku.

‘’Terserah Rachel’’.

‘’LOH?’’.

Terlihat sekali perbedaan ka Farel dari waktu ke waktu, ku perhatikan caranya menatapku dan caranya berbicara. Benar benar beda.

‘’Aku nanti aja deh’’. Jawabku.

‘’Yaudah aku juga’’.

Aku terdiam, Ka Farel terdiam, Luna juga begitu.

‘’Ayo Rachel kita pindah’’. Katanya sambil meraih tanganku.

‘’Loh? loh? loh?’’.

Aku dan Ka Farel pergi meninggalkan Kantin dengan tangannya yang masih menggenggam tanganku. Orang orang memperhatikan kami, malu sih, tapi kapan lagi?
 
‘’Ka kita mau kemana?’’. Tanyaku, ia melepaskan genggaman-nya. Entah mengapa aku jadi menyesal telah bertanya.

‘’Maaf yah tadi’’.

‘’Soal Apa?’’.

‘’Luna’’.

‘’Kenapa Luna?’’.

‘’Kok kamu pura pura ga tau sih? Aku tau kok kamu ga suka sama dia, makanya  aku ajak kamu pergi dari sana’’.

Aku terdiam. Kenapa Ka Farel bisa tahu kalau aku tidak menyukai Luna? Setahuku yang mengetahui hal ini hanya Anna. Ku ingat ingat lagi kejadian kejadian yang janggal dari Anna.

‘’Maaf yah kalau gua comel’’
‘’Kayaknya lo bakal dapet yang lo mau deh’’
‘’Lo ga bakal nyangka’’
‘’Pokoknya lo bakal tahu nanti’’.

Semua kata kata Anna teringat dalam memoriku. Ah, apa jangan jangan…..
‘’Aku kangen kamu Rel, kenapa sih harus keluar osis?’’.

Aku terdiam.

‘’Aku tahu kamu pasti kaget aku ngomong kaya gini, tapi aku suka sama kamu’’.

Ya tuhan……..

Aku ga salah denger? Ketua osis naksir aku loh? Eh tolong eh, butuh oksigen.
‘’Kok bisa?’’. Tanyaku sepolos polosnya.

‘’Ga tau’’. Jawabnya.

‘’Bukan karna kasihan kan?’’. Tanyaku. Dia langsung menatapku serius dan aku pun terkejut. Ah dia itu memang suka bikin kaget.

‘’Engga, aku udah berusaha buat ga peduli, tapi aku malah jadi penasaran, terutama temen kamu yang suka ceritain tentang kamu’’.

‘’Siapa? Anna?’’. Tanyaku dan ia mengangguk. Sudah kuduga.

‘’Kamu udah?’’.

‘’Belom kok kak, aku belum move on’’. Kataku langsung membatahnya, padahal ia belum selesai bicara. Duh. Dia tertawa sambil mengelus rambutku.
Dia Ganteng. Sumpah.

Aku malu untuk menceritakan hal selanjutnya, karna pasti kalian tidak akan percaya jika aku bilang aku ini pacarnya ketua osis. Pasti kalian tidak akan percaya. Yasudahlah.

Pesan moral dari kisah ini adalah ‘’Jangan berhenti menyerah karena usaha yang telah kita perjuangkan tidak ada yang benar benar gagal’’.
Love,

Rachel

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Softskill semester 8

20 Sentences with Slang Words   1.       Ain’t : am not, are not, is not, has not ( He says he ain’t mad ) Google translate: d...