Pulau Jeju
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Pulau Jeju (
Jeju-do) adalah
pulau terbesar di
Korea dan terletak di sebelah selatan
Semenanjung Korea. Pulau Jeju adalah satu-satunya provinsi berotonomi khusus Korea Selatan.
Terletak di Selat Korea, sebelah barat daya Provinsi
Jeolla Selatan, yang dahulunya merupakan satu provinsi sebelum terbagi pada tahun 1946. Ibukota Jeju adalah
Kota Jeju (Jeju-si).
Topografi Pulau Jeju terbentuk sekitar 2 juta tahun lalu oleh aktivitas
vulkanis.
Di tengah-tengah pulau muncul Hallasan (Gunung Halla), gunung tertinggi
di seluruh Korea (1.950 m). Pulau ini bercuaca hangat sepanjang tahun
dan pada musim dingin jarang turun salju, sehingga tanaman-tanaman yang
tumbuh di daerah subtropis bisa bertahan hidup.
Pulau Jeju dijuluki
Samdado, "Pulau yang Berlimpah dengan Tiga Hal" yaitu,
bebatuan,
wanita dan
angin]. Karena memiliki keindahan
alam dan
kebudayaan
yang unik, Pulau Jeju adalah salah satu objek wisata paling terkenal di
Korea. Dalam catatan sejarah, Jeju disebut dalam berbagai nama, mulai
dari
Doi,
Dongyeongju,
Juho,
Tammora,
Seomna,
Tangna atau
Tamra.
Kota pelabuhan terdekat Jeju dengan daratan utama Korea adalah
Mokpo,
provinsi Jeolla Selatan. Panjang garis pantai 253 km, luas keseluruhan
1.825 km². Suhu di Jeju dapat bervariasi, mulai dari tropis sampai
subtriopis. Suhu rata-rata per tahunnya adalah 14,6° C dan 4,7° di
musim dingin. Keanekaragaman
flora
yang tumbuh di Jeju sangat berbeda dengan yang ada di Semenanjung
Korea. Karena iklimnya yang baik, pulau ini ditumbuhi lebih dari 1.700
jenis tanaman, sehingga Jeju dijuluki sebagai "Pulau Botani" karena
kekayaan floranya.
Selama berabad-abad, penduduk Pulau Jeju dijuluki sebagai
yukgoyeok ("enam jenis pekerja keras") yang merujuk kepada warga yang mengerjakan berbagai
pekerjaan sulit dan berat untuk hidup, seperti mencari
abalon dan
kerang dengan cara menyelam ke dasar
laut,
membangun pelabuhan, beternak, membuat kapal dan bertani. Seringkali
mereka diperas demi membayar upeti kepada penguasa di ibukota. Bencana
alam seperti kekeringan dan angin topan juga sering mengakibatkan gagal
panen dan kelaparan yang memakan banyak korban jiwa.
Peristiwa paling kelam dalam sejarah rakyat Jeju adalah insiden berdarah pada periode pembentukan
Republik Korea pada tahun 1948 sampai periode Perang
Korea (1950-1953) dimana banyak warganya dibantai karena dianggap sebagai sarang pemberontak atau pengikut
komunis.
Karena mengalami kehidupan yang keras oleh tekanan penguasa, warga Jeju
dikenal sebagai orang-orang yang tabah dan mampu bertahan dalam situasi
yang sulit. Rakyat Jeju menyatakan tentang kehidupan mereka dengan
ungkapan:
“ |
Kebahagiaan itu kecil seperti butir pasir, sementara kesedihan itu sebesar batu karang |
” |